Jumat, 28 Oktober 2011

Komedikus Erektus, Cerita 2 Toko Buku di Jakarta

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com



Diminati maling. Buku-buku humor tampil “menyedihkan” di pelbagai toko buku. Di Solo, di sebuah toko buku terkenal, di dekat rak buku-buku humor itu terpasang tulisan peringatan bila ada yang tertangkap mencuri buku akan diproses menurut hukum.

Apakah buku-buku humor memang menjadi sasaran “cerdas” bagi para pencinta humor yang tak punya uang ? Boleh jadi. Tetapi dalam kunjungan terakhir, rak-rak buku humor menjadi lebih menjauh dari tempat pengumuman itu.

Jadi buku-buku humor kiranya tak lagi menjadi sasaran pencurian ? Menyedihkan. Mungkin ini cerminan perekonomian yang buruk, di mana pedagang yang sering ngemplang pun tidak lagi memesan barang bersangkutan.

Dalam kesempatan dolan-dolan di dua toko buku di Jakarta, posisi rak untuk buku-buku humor tidaklah eye catching. Bahasa Jawanya, njlepit, alias sulit terakses oleh lalu lalang pengunjung.

Di Toko Buku Gunung Agung, Kwitang (22/10/2011), saya mencoba mencari tahu nasib buku humor politik saya, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010). Sebelumnya saya membeli majalah Bloomberg Businews Week edisi 20-26 Oktober 2011. Edisi yang menyentuh hati saya, karena semua tulisannya tentang kenangan terhadap Steve Jobs (1955-2011).

Mengetikkan judul buku saya di komputer toko buku warisan Mas` Agung itu, memang muncul lemanya. Tetapi persediaan yang ada : 0. Nol. Apakah ini pertanda betapa stok buku saya itu habis, laris manis ? Atau sebaliknya, sehingga toko buku bersangkutan “tidak sudi” memajangnya lagi ?

Sehari sebelumnya (21/10/2011), di Toko Buku Gramedia, Matraman Raya (“toko buku favorit saya sejak 1980 ketika saya belajar di Kampus UI Rawamangun”), muncul fenomena berbeda. Sebelum utak-utik komputer di toko buku besar itu, saat keliling-keliling saya memergoki bukunya Thomas L. Friedman,Hot, Flat and Crowded : Why We Need Green Revolution (2009). Diiringi lagunya Spice Girls, “2 Become 1” saya memutuskan membeli buku setebal 500 halaman lebih itu.

Kini saatnya menguber posisi buku saya. Ketika mengetikkan lema judul buku saya, tersaji info bahwa di toko buku itu terdapat stok sejumlah 27 eksemplar. Tetapi juga tersaji keterangan aneh dan memicu penasaran. Karena tidak ada data lokasi buku bersangkutan.

Ketika pun menelisik ke rak buku-buku humor, dan harus bertanya kepada petugas dua kali karena njlepit letaknya, saya tidak berhasil memotret bagaimana buku saya itu terpajang pada sebuah toko buku besar ini.

Saya hanya bisa memotret tampilan data di komputernya.
Dan terus terbelit oleh tanda tanya, bagaimana semua itu bisa terjadi.


Kramat Jaya Baru, Jakarta, 29/10/2011
Selamat ulang tahun untuk Anissa Astrid Alifta