Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com
Pengarang buku, sebaiknya semi famous.
Maksudnya, agak-agak terkenal, kira-kira begitulah. Karena keterkenalan membawa berkah. Bagi penulis dan juga bagi buku karyanya.
Bagaimana caranya menjadi agak-agak terkenal itu ? Menurut Burke Allen, apabila Anda mampu membuat proposisi yang unik dan menarik sehingga mampu menyentuh emosi, orang-orang akan antri untuk berbicara kepada Anda ketika tampil di televisi, radio, Internet dan di media cetak.
Hal yang menarik, lanjut Burke Allen, semua hal itu seringkali tidak terkait dengan buku Anda karena media tertarik mewawancarai Anda, bukan hendak membahas buku Anda. Tetapi semua media itu akan mengijinkan Anda untuk memamerkan buku Anda, sehingga buku Anda tersebut berkesempatan tampil dalami liputan yang menguntungkan.
Hari Selasa (12/7/2011) saya mengalami persis hal di atas. Saat itu saya mengikuti audisi Stand-Up Comedy Indonesia yang diselenggarakan oleh KompasTV. Lokasi audisi di Liquid Café, Jl. Magelang, Yogyakarta. Dalam foto saya bersama Imot a.k.a. Sigit Hariyo Seno, anak muda Yogya yang sengaja mau jatuh-bangun merintis karier sebagai komedian tunggal, dan akhirnya sering mengisi pagelaran di Kafe Jendelo, Yogya. Ia lolos audisi di Yogya itu.
Dari rumah Wonogiri saya berangkat jam 5 pagi. Di dalam tas saya berisi buku biografi Warkop, Main-Main Menjadi Bukan Main (2010) dan enam buku saya, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (2010).
Buku pertama itu akan saya mintakan tanda tangan kepada penulisnya, pelawak Indro Warkop, yang menjadi juri audisi. Sedang buku saya, rencananya akan saya berikan kepada Indro Warkop, Butet Kertarajasa (juri kedua), artis Astrid Tiar, dan host acara itu, Panji Pragiwaksono dan Raditya Dika.
Hal tak terduga kemudian terjadi. Sebelum audisi berlangsung, saya diwawancarai mBak Dossy dari Kompas TV. Ia bertanya mengenai minat saya mengenai dunia komedi dan apa saja yang telah saya kerjakan selama ini. Singkat cerita, saya juga menunjukkan buku saya ini.
Sejurus kemudian ia melakukan koordinasi dengan sutradara lapangan dan kameraman. Selanjutnya meminta saya keluar ruangan untuk syuting pembuatan videoklip yang menggambarkan profil diri saya.
Begitulah kejadiannya, berkat bawa-bawa buku, saya hari itu rupanya telah menjadi semi terkenal. Sebagian peserta audisi lainnya, yang baru pertama kali bertemu, malah ada yang bertanya tentang buku saya berikutnya.
Di bawah todongan kameranya Mas Oman, disutradai mas Arif, saya diminta akting menyeberang jalan, lalu berhenti menatap papan nama kafe, disusul menceritakan niat ikut audisi, dan juga membuat sampul buku saya nampak di-close-up habis-habisan.
Audisi saya hari itu memang tidak berhasil. Tetapi rencana-rencana saya terkait buku, berhasil saya laksanakan.
Saya bisa meminta tanda tangan, sekaligus berkenalan secara akrab, dengan Indro Warkop dan Butet Kertarejasa, yang walau baru saja “membantai” saya sehingga tidak lolos audisi. Kepada mereka, saya berikan pula buku saya, dan gentian Indro Warkop yang meminta tanda tangan saya.
Keluar dari panggung audisi, kejutan lain menunggu. Saat itu saya langsung diajak mengobrol dengan mBak Argalaras, associate producer dari KompasTV. Kami saling bertukar kartu nama. Dalam keremangan kafe (walau siang hari), saya sebut namanya indah. Ia juga cantik sekali.
Kita kemudian bertukar visi mengenai apa yang bisa kami kerjakan kelak untuk menunjang keberhasilan audisi komedian tunggal ini. Kepada dirinya, juga saya berikan buku saya. Konon, klip itu akan ditayangkan pada bulan September 2011 mendatang.
Pengalaman yang unik.
Berkat buku, ketika sebuah pintu tertutup, ternyata masih ada jendela-jendela peluang lain yang kemudian terbuka. Apakah Anda pernah mengalami hal yang sama dengan buku-buku Anda ? Saya menantikan cerita Anda.
Wonogiri, 13/7/2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar