Kamis, 04 Maret 2010

Dinding Ijazah Kaum Drakula

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Drakula mengajari saya keindahan Clair de lune, karya Claude Debussy. Komponis musik terkenal asal Perancis itu lahir 22 Agustus 1862 di Saint-Germain-en-Laye, Perancis. Meninggal dunia, 25 Maret 1918 di Paris.

Moonlight.
Sinar bulan.

Kalau Anda warga Solo di tahun 1980-an, nama Moonlight. ini terkenal di Alun-Alun Utara Solo. Merupakan merek cairan pemutih gigi yang dijajakan di bawah pohon cemara, promosinya diumbar dengan pengeras suara.

Nomor Clair de lune itu muncul dalam film Twilight, film tentang kehidupan para drakula. Peran utamanya memunculkan sosok Drakula yang vegetarian dalam diri seorang pemuda bernama Edward. Artinya, dia hanya meminum darah hewan. Bukan darah manusia.

Kehidupan Edward yang panjang, yang mampu mencapai umur hingga ratusan tahun itu, disajikan dengan lelucon yang menarik. Dinding rumahnya diisi pajangan puluhan ijazah perguruan tinggi. Saya tidak bisa membayangkan bila dirinya seseorang yang gila gelar, seperti yang lajim terjadi di sekitar kita saat ini, dan tergiur untuk menuliskan semua gelarnya tersebut di kartu nama atau pada papan nama.

Terkait gelar dobel-dobel-dobel itu, saya pernah mengobrol dengan Pak Aggi Tjetje. Tahun 2005, di tengah hari ulang tahun ke-15 Museum Rekor Indonesia, 27 Januari 2005, di Semarang. Ia memperoleh piagam MURI. Saya juga, sebagai pencetus Hari Epistoholik Nasional 27 Januari. Pak Aggi yang berasal dari Jakarta, saat itu tercatat memiliki 8 gelar akademis. Saya memperoleh kartu namanya. Tetapi saat ini, entah ketelisut di mana.

Data 8 gelar itu kemudian saya bocorkan kepada Erika Diana Rizanti, reporter acara televisi Buseeettt. Beberapa saat kemudian Pak Aggi muncul dalam acara yang bergaya Ripley’s Believe or Not itu. Saya juga ikut muncul, dalam kesempatan lain, sebagai seorang epistoholik.

Kisah Pak Aggi Tjetje itu sebenarnya menunjukkan betapa hebatnya otak manusia itu. Hal itu juga tergambar dalam film Phenomenon (1996) yang dibintangi oleh John Travolta (George Malley). Kalau Anda pernah menonton, semoga Anda masih ingat adegan saat dirinya mampu belajar bahasa Portugis secara cepat. Hanya dalam waktu 20 menit.

Ia juga mampu menerjemahkan bunyi gelombang radio, yang ternyata sinyal-sinyal komunikasi rahasia milik militer. Ketika ia mencoba membalas sinyal-sinyal tersebut, dirinya segera menjadi perburuan fihak militer AS untuk ditangkap dan diinterogasi.

“Keajaiban” semacam itu juga bisa Anda miliki. Harry Lorayne dalam bukunya Rahasia Dari Kekuatan Pikiran menegaskan kunci untuk mampu meraih sukses dan prestasi, termasuk dalam belajar, adalah antusiasme. “Tidak seorang pun yang pernah memperoleh pengetahuan yang mengagumkan tanpa semangat ketika melakukannya,” tuturnya.

Lanjutnya : “Apakah Anda pernah menulis esai ? Bila Anda mendekatinya sebagai tugas, atau dengan rasa benci, Anda tidak memerlukan saya untuk mengingatkan Anda betapa sulit pekerjan itu. Bila Anda mampu membangkitkan sedikit antusiasme mengenai pekerjaan itu, hasilnya bukan hanya esai yang lebih baik, tetapi mungkin sama sekali tidak menyerupai tugas. Anad merasa tugas itu bahkan dapat dinikmati.

Bila Anda termasuk orang yang tidak suka menulis surat, berhentilah menganggap itu sebagai tugas. Dekati pekerjaan itu dengan antusiasme dan Anda akan mulai menunggu saat untuk menulis surat. “

Apakah Anda juga memiliki antusias yang tinggi, misalnya dalam mengisi blog Anda ? Juga kapling My Note dalam akun Facebook Anda ?

Sedikit membuka rahasia : karena kecintaan, juga karena kegiatan menulis sebagai kegiatan belajar, maka sungguh suatu doping tersendiri bagi jiwa kalau saya bisa menulis sesuatu esai untuk blog-blog saya.

Kemarin malam (3/3/2010), sekitar jam 21.30, saya memperoleh bonusnya. Hal itu terjadi ketika saya mengirimkan email kepada Bang Wimar Witoelar. Saya meminta catatan atau endorsement dari beliau untuk suatu naskah buku.

“Siap. Saya akan menuliskannya dalam kesempatan pertama.”
Begitulah jawab Bang Wimar.
Dan beliau kemudian benar-benar melakukannya.
Terima kasih, Bang Wimar.

Semoga nanti tidak hanya nama dan pemikiran seorang Wimar Witoelar yang bakal Anda temui dalam buku tersebut. Semoga juga ada Antyo Rentjoko. Arswendo Atmowiloto. Diana AV Sasa. Effendi Gazali. Ira Lathief. Isman H Suryaman. Sampai Sarlito W. Sarwono.

Semua momen kejutan itu bisa terjadi berawal ketika blog saya diketemukan oleh seorang Faried Wijdan. Dari Etera Imania, Jakarta.

Siapa tahu, walau tidak hendak berniat menyaingi deretan ijazah di dinding rumah Edward Sang Drakula, minimal di dinding kamar saya kelak, saya bisa menikmati deretan beberapa karya buku. Yang embrionya dimulai dari blog, dari Facebook, juga dari percik antusias dan gelegak cinta sepenuh hati.

Termasuk yang ditulis di ujung-ujung puncak malam saat kota kecil Wonogiri diselimuti Clair de lune, karya indah dari Claude Debussy.


Wonogiri, 4 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar