Jumat, 19 Maret 2010

Obama, Jaya Suprana dan Komedikus Erektus

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com



Komplikasi.
Urusan jadi lebih rumit.
Obama yang menunda kunjungannya ke Indonesia memunculkan banyak komplikasi.

Dikabarkan, semua murid klas VI SDN 01 Menteng di Jalan Besuki 4, Jakarta Pusat, memilih tidak lulus. Mereka lebih memilih tinggal kelas, agar tetap berstatus sebagai murid SD itu. Dengan pilihan itu mereka bisa bertemu seniornya yang kini menjadi presiden Amerika Serikat itu. Secara resmi.

Komplikasi selanjutnya, pemerintahan SBY dibuat repot. Untuk meredam aksi-aksi penolakan sebagian umat terhadap Obama, perlu dilakukan konter dengan strategi kehumasan yang baru. Kabar burung yang beredar,pemerintah RI akan membuatkan patung Obama yang baru.

Kali ini Obama memakai sarung. Untuk menunjukkan dirinya juga pernah disunat di Indonesia. Bahkan akan pula disebarkan dokumen temuan baru, bahwa Obama pernah belajar pula di Ngruki, Solo, Jawa Tengah.

Di Sulawesi Selatan, polisi dan kejaksaan juga ketularan ikut repot. Mereka harus cepat-cepat menuntaskan kasus yang menimpa selebritis dan wakil rakyat, Rieke Dyah Pitaloka. Kita tahu, Rieke tiba-tiba dipeluk dari belakang dan bahkan dicium oleh dokter Rasyidin dari RSUD Labuang Baji, Sulawesi Selatan (8/3/2010). "Saya marah, tapi dia malah bilang Anda kan publik figur," ungkap Rieke.

Bila dokter “berdarah panas” itu sudah masuk penjara, seorang Obama ikut bisa merasa aman. Karena alasan itu pula, sebelum menunda kunjungannya ke Indonesia pada bulan Juni nanti, ia juga membatalkan keikutsertaan istrinya bila kunjungannya di bulan Maret ini terlaksana.

Karena Obama kuatir berat, istrinya yang jelas-jelas seorang public figure akan terancam ramai-ramai dipeluk para dokter Indonesia yang ketularan virus “panas” dari Sulawesi Selatan tadi. Apalagi virus hampir serupa, yaitu aksi gairah mencium punggung kini juga gencar disebar-sebarkan di Indonesia. Lewat televisi-televisi. Oleh Anang terhadap Syahrini.

Mabuk Berita Palsu. Anda dilarang percaya terhadap isi-isi tulisan di atas. Karena semuanya merupakan fake news. Berita palsu. Tetapi, anehnya, di Amerika Serikat acara-acara televisi yang menyiarkan berita-berita palsu itu justru disukai oleh pemirsa. Bahkan menjadi acara unggulan.

Salah satu host tersohor untuk acara fake news itu adalah Jon Stewart. Dahsyatnya lagi, atau gokil-nya lagi, dalam survei oleh majalah TIME (2009) komedian penyebar berita-berita palsu itu justru terpilih sebagai Andy Borowitz itu, juga membuat saya demam. Imbasnya, saya sendiri terus merintis, melanjutkan atau mempersubur daya-daya kreativitas dalam penciptaan berita-berita palsu tadi. Terkait dinamika politik dan ulah politikus Indonesia.

Blog Komedikus Erektus yang saya luncurkan sejak lima tahun lalu telah menjadi saksi hal tersebut. Kini, berkat ditunjang oleh keajaiban Internet, isi yang semula berwujud digital tersebut akan segera menjadi media berbasis atom. Menjadi buku. Judulnya : Komedikus Erektus. Penerbitnya adalah Etera Imania.

Bila telah terbit, ini merupakan buku humor saya yang ketiga. Momen itu membuat saya rada ngeh, ternyata humor memang merupakan salah satu panggilan hidup saya. Sedikit mengilas balik, kiranya percik itu barangkali semakin mulai membesar pada bulan September 1982 di Jakarta.

Ketika itu saya berkenalan dengan humorolog, kelirumolog, musikus, kartunis, pebisnis, asal Semarang : Jaya Suprana. Saat itu saya belum selesai berkuliah di Jakarta. Pertemuannya di Balai Budaya, Jakarta Pusat. Juga bertemu Arwah Setiawan, “Pak Raden” Suyadi, juga kartunis Tris Sakeh. Ditemani teman kuliah saya, Bakhuri Jamaluddin, saya menemui mereka.

Saat itu di Balai Budaya dipamerkan karya kartun anak-anak Wonogiri, termasuk karya Basnendar Heriprilosadoso adik terkecil saya. Mereka tergabung dalam komunitas kartunis cilik Brigade Kelompok Kecil, asuhan adik saya (juga) Mayor Haristanto. Disponsori oleh Mas Jaya Suprana.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Keterangan foto.Dari kanan, Jaya Suprana, Tris Sakeh (kartunis), Suyadi Pak Raden, tak dikenal, Arwah Setiawan dan Bambang Haryanto.

Pameran serupa berlangsung bulan Januari 1983, di Semarang. Dihadiri Soepardjo Roestam, gubernur Jawa Tengah saat itu. Suasana hati agak berbeda, karena ayah saya baru saja meninggal dunia, 9 Desember 1982.

C’est la vie,
kata orang Perancis.

Itulah warna-warni kehidupan. Ada tragedi, juga ada komedi. Ketika beberapa hari lalu saya meminta endorsement dari Mas Jaya untuk buku Komedikus Erektus saya, ia membalas dengan cara khas. Bunyi email beliau :

“Mas Bambang yth, terima kasih atas perjuangan gigih Anda menghumorkan bangsa ini ! Kehormatan bagi saya untuk menulis apa yg disebut endorsement itu untuk buku heboh Anda.

Mohon petunjuk, apakah endorsement cukup berupa kalimat komentar untuk melariskan buku dahsyat Anda tersebut. Kalo endorsement saya kepanjangan saya kuatir dampaknya malah sebaliknya yakni, (calon pembaca akan) membatalkan niat membeli buku hebat Anda tersebut. Kami tunggu wahyu Anda ! “

Saya jawab, bahwa saya membebaskan Mas Jaya untuk menulis apa saja. “Saya juga siap bila nanti para calon pembeli buku saya memang membatalkan niat untuk membeli buku tersebut gara-gara membaca endorsement Anda !,” begitu tantang saya.

Beliau kemudian memang berbaik hati menuliskan endorsement tersebut. Saya membacanya dengan penuh komplikasi. Apakah Mas Jaya Suprana (mengaku akunnya di Facebook adalah palsu, karena ia tidak punya akun Facebook sama sekali !)sedang ketularan diri saya yang sedang mabuk suka menulis fake news ? Atau sebaliknya ? Anda dapat menilainya sendiri.

Setelah Anda kelak membaca buku itu, termasuk menikmati endorsement yang tak lajim tetapi menggigit a la Jaya Suprana, semoga Anda bersedia bermurah hati mengirimkan komentar atau pendapat Anda melalui email saya ini : humorliner (at) yahoo.com.

Saya tunggu. Terima kasih.
Dijamin pula tidak akan ada komplikasi.



Wonogiri, 20/3/2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar